Kelas : 4F/PBSI
NPM : 15410247
Judul : “Aku namakan ia Bening”
Aku namakan ia Bening
Oleh : Singgih aji prasetyo
1.
NARATOR
Pak bowo yang sudah seharian berjalan kaki mengais barang-barang bekas itu pulang ke rumah dengan raut muka yang letih, lesu, dan kusam. Sambil menghela napas ia membersihkan barang-barang yang sudah didapatnya.
2.
BOWO
Assalamualaikum, bu ne Bu ne Bapak pulang.
3.
KURTI
Waalaikumsalam, iya pak ne ini minum dulu. Bagaiman pak ne, dapatnya banyak atau tidak?
4.
BOWO
Alhamdulillah buk ne lebih banyak dari yang kemarin.
5.
KURTI
Alhamdulillah, kalau begitu ibuk nanti bisa melahirkan di rumah sakit kan pak? Pakai uang hasil jual kaleng-kaleng ini.
6.
BOWO
Ibuk ini loh, lah wong kita bisa mendatangkan mbok Inem aja sudah Alhamdulillah, buat bayar dukun bayi seperti mbok Inem saja mungkin kita tidak kuat buk. Apalagi untuk ke rumah sakit mau bayar pakai apa buk?
7.
KURTI
Tapi pak, Ibu ingin merasakan melahirkan di rumah sakit. Lagi pula ini juga demi keselamatan bayi kita pak. Ibu tidak ingin bayi kita yang ini lahir seperti Murni.
8.
BOWO
Husss jangan begitu buk, Murni itu anak kita.
9.
KURTI
Anak kita ya emang anak kita pak. Salah Bapak juga sih kenapa dulu Ibu ngak dibawa ke rumah sakit. Mungkin kalau di rumah sakit Murni tidak lahir seperti itu pak. Pasti Murni akan lahir sempurna tidak cacat seperti sekarang ini.
10.
BOWO
Astagfirullah buk, istiqfar buk. Cacat atau tidak itu sudah kehendak Allah. Seharusnya ibuk bersyukur sudah diberi anak yang nurut dan saleha seperti Murni.
11.
NARATOR
Di tengah perbincangan kedua orang tuanya yang kian memanas tiba-tiba murni datang sambil membawa kereta kaleng yang diuat Bapaknya.
12.
MURNI
Hem ngeng ngeng ngeng, brem brem. Bapakne, em Bapakne sudah pulang?
13.
BOWO
Iya sudah Murni sayang. Murni dari mana?
14.
MURNI
Murni tadi jalan-jalan, sama teman-teman Murni. Naik mobil mewah bareng pak Jokowi hem ngeng ngeng ngeng.
15.
BOWO
Pinter anak Bapak, besok kalau besar punya mobil yang bagus ya dan juga Murni harus bisa jadi Presiden seperti pak Jokowi.
16.
KURTI
Aduh Gusti, ini Bapak sama anak kog sama-sama ngak warasnya.
17.
BOWO
Hus, Ibuk!
18.
MURNI
Bu ne, asik ada bu ne juga. Em ibu Murni cantik, adek Murni juga cantik. Asik Murni punya adik.
19.
KURTI
Aduh amit-amit, semoga kamu ngak seperti mbakyu mu ya nak.
20.
MURNI
Em adek Murni cantik sperti Murni.
21.
KURTI
Ngak, amit-mait jabang bayi.
22.
MURNI
Hemmm hemmm Bapakne Ibune jahat.
23.
BOWO
Engak sayang, Ibune ngak jahat. Ibu itu baik, Ibu juga sayang sama Murni.
24.
MURNI
Yang bener Bapakne?
25.
BOWO
Iya sayangku. Iya kan bu ne?
26.
KURTI
Terserah Bapak lah, Bu ne capek mau istirahat dulu.
27.
NARATOR
Baru saja Kurti masuk ke dalam rumah tiba-tiba Nyonya Salima datang untuk menagih hutang kepada Murni. Nyonya Salima yang didampingi oleh dua orang keamananya langsung marah-marah dan mengobrak-abrik rumah Murni yang hanya berukuran empat meter persegi itu.
28.
SALIMA
Kurti kurti ke luar kamu.
29.
KURTI
Mohom maaf Nyonya saya belum punya uang. Kaleng-kaleng itu belum terjual Nyonya, lagi pula saya juga lagi butuh uang buat biaya melahirkan Nyonya, jadi belum bisa melunasi hutang dulu.
30.
SALIMA
Enak saja kamu bicara. Sudah tiga bulan aku beri waktu kamu untuk bayar semua hutang-hutangmu. Bisa tidak bisa pokoknya kamu harus bayar hari ini.
31.
KURTI
Tapi mohon maaf Nyonya Salima saya benar-benar tidak punya uang. Apa mungkin bisa saya bayar dengan anak saya Murni Nyonya?
32.
BOWO
Bu ne, bu ne ini bilang apa. Murni itu anak kita bu ne.
33.
SALIMA
Bayar pakai anakmu, emang bisa apa anak cacat seperti anakmu ini? Paling mentok-mentoknya ya Cuma bisa disuruh ngemis. Iti tidak cukup untuk bayar hutang-hutangmu.
34.
KURTI
Tidak Nyonya tidak hanya itu. Bawa saja Murni Nyonya. Nyonya kan bisa jual organ-organ dalam Murni pasti akan banyak menghasilkan uang Nyonya.
35.
BOWO
Astaqfirullah bu ne, bu ne ini loh istiqfar bu ne. Ngak boleh Nyonya Murni ini anakku.
36.
SALIMA
Sopo, jarwo bawa dia kita jual organ-organnya. Kurti terima kasih hutangmu lunas semuanya.
37.
SOPO & JARWO
Siao Nyonya, Beres.
38.
MURNI
Bapakne Ibune Murni ngak mau ikut Murni ngak mau Bapakne.
39.
NARATOR
Bowo yang berusaha untuk menghalangi kedua anak buah Nyonya Salima pun tak berkutik. Bersedih lah ia karena Murni anak kesayangannya kini telah menghilang untuk melunasi hutang-hutangnya sendiri. Bowo merasa sangat bersalah pada Murni. Namun tiba-tiba Istrinya memanggil-maggil ia dengan begitu kerasnya.
40.
KURTI
Bapakne Ibuk mau melahirkan, aduh Bapakne Bapakne!
41.
BOWO
Ada apa buk ne? Gusti anakku mau keluar.
42.
KURTI
Cepat panggil mbok Inem pak ne !
43.
BOWO
Mbok? Mbok Inem tolong istri saya mbok!
44.
MBOK INEM
I i iya le ini juga saya tolong, kamu tunggu di luar saja.
45.
KURTI
Aw aw aw aw aw ah ah ah Bapakne.
46.
BOWO
Duh Gusti, selamatkanlah istri hamba selamatkan anak hamba.
47.
BAYI
Oek oek oek oek oek oek oek
48.
NARATOR
Akhirnya bayi yang ditunggu-tunggu oleh Kurti dan Bowo pun lahir. Namun mereka berdua bersedih ketika mbok Inem memberi tahu bila bayi yang baru dilahirkan oleh Kurti itu sama persis seperi Murni anak pertamanya.
49.
MBOK INEM
Ini le anakmu cantik seperti Ibunya. Tapi kamu harus bersyukur le bila ia lahir seperti Murni anak pertamamu yaitu dengan tangan sebelah kanan dan kaki sebelah kiri tidak tumbuh secara sempurna.
50.
BOWO
Iya mbok aku tetap bersyukur. Biarpun begini ia tetap wujud dari doa-doaku selama ini mbok. Biarpun aku ini orang susah, sungguh anakku ini semoga selalu mempermudahkan rekejiku mbok. Aku tak pernah menyesali doa-doaku. Aku juga tak pernah menyalahkan Tuhan. Bagiku anak ini dan juga istriku merupakan pintu untukku bertamu pada tuhan. Tak ada doa yang salah mbok aku tetap bersyukur.
51.
MBOK INEM
Bagus kalau begitu le, semoga kamu dan istrimu tetap diberi kesabaran.
52.
BOWO
Iya mbok sebagai wujud syukurku aku namakan ia Bening. Sebening doa-doaku pada tuhan yang maha mengabulkan.