Menalar Negeri
Nalar bukanlah sekadar pertimbangan baik dan buruk
Nalar bersua ketika pengaruh akal sedang terpuruk
Nalar bukan lagi semboyan berpikir logis
Jika kami yang mencoba kritis justru dituding
kelompok apatis
Menalar tidak lagi menjadi prinsip utama
Sebab kini siapapun bebas bersuara
Apalagi bagi mereka yang duduk berkuasa
Nalar dikucilkan demi politik kepentingan
kawan
Lihatlah bagaimana gemerlap panggung sandiwara
Yang dibungkus rapi dengan embel-embel empati
Sayang, mereka tak pernah belajar estetika bermain
drama
Hingga banyak yang terpingkal geli, dikira anekdot
politisi
kawan
Lihatlah bagaimana para kaum yang dianggap elit
Justru mengobral pemikiran yang semakin sempit
Opini menjadi jurus ampuh serangan balik
Membuat tontonan politik semakin menggelitik
Kini sudah saatnya kaum muda mengambil alih peran
Bukan lagi melalui pergerakan dijalan-jalan
Sebab keringat kita telah lama diasingkan
Hanya dianggap teriakan kaum pinggiran
Mari menyeru perlawanan dengan cara lebih elegan
Menalar negeri dengan karya-karya amatiran
Karena jiwa memberontak tetap milik kaum muda
Ketika bangsanya sudah tidak lagi berdaya
Semboyan cinta nalar menjadi salah satu solusi
Atas kegaduhan yang semakin menjadi-jadi
Tak usah mencari “kambing hitam”
Apalagi saling menghantam
Hingga keadaan semakin mencekam
Mari menalar
Karena nalar, negeri penuh cinta
Karena cinta, nalar kita ada
Singgih Aji Prasetyo
Pati, 25 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar