Ya Rosullullah, Ungdhur Ilaina
12 Rabiul awal/
kembali ku teringat akan engkau wahai kekasih Allah/nabi penyampai Rahmat/ penyelamat gelap/
Pembawa umat dalam dunia yang selamat/
Wahai ya Rosullah/
lihatlah, bagaimana riuhnya santri-santrimu kini/
mereka sedang berkumpul di tepi belas kasihan syafaatmu/
Tangan-tangan kecil meraka/ dengan terampil menabuh nada dan irama/
Lihatlah, betapa sumpringah wajah mereka/
Nampak jelas dari pelipis hingga dahi/
Hanya kecintaan dan Kasih sayang yang ada dalam hati/
Teruntukmu wahai kekasih Allah ya robbi/
Ya rosullullah,
Santrimu ini hanya lah insan yang tak lebih dari tanah-tanah kering/
Santri-santri mu ini hanyalah kumpulan umat yang kerdil/
Mereka tak punya apa-apa/
Mereka tak punya segalanya/
Tapi ijinkanlah wahai rosullullah kekasih ilahi/
Khusus di maulidmu yang kesekian kalinya ini/
Mereka, beserta ribuan malaikat yang mendampinginya/
Ingin melantunkan sepenggal keluh kesah/ keharibaanmu wahai rosullillah/
Shalaatullaah Salaamul laah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah
Shalaatullaah Salaamulleah ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah
Tawassalnaa Bibismi llaah Wabil Haadi Rasuulillaah
Wakulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
Ya rasullullah,
Maafkan santrimu yang begitu cengeng dan tak kuasa menahan air mata/
Yang tak kuasa menahan rindu dalam duka yang kian menyapa/
Ya Rosulullah, hari ini kembali aku teringat, akan risalahmu yang mulia/kecintaanmu kepada umat tiada batasnya/ bahkan saat engkau sedang limbung/ terbaring lemah dengan keringat membasahi kening dan pelepah kurma/ dan malaiaktul maut datang bertamu dengan kerendahanya/ engkau malah asik bertanya kepada jibril hak mu diakhirat kelak/ jibril pum menjawab bila surga/ siap menerima engkau dari mana saja/
Tapi itu tidak membuatmu bahagia/ dan engkau kembali bertanya kepadanya/ kabarkan kepadaku wahai jibril, bagaimana nasib umatku kelak/
Ya rosullulah, Muhammad utusan Allah/ bagaimana aku tidak kaku dan tertunduk/ tak sanggup ku menampung akan Cinta dan kasihmu yang begitu dalam/
Dan saat detik-detik itu pun tiba/
Tak kala izroil sedang menjalankan tugasnya/ perlahan-lahan ia menarik ruh dari tubuhmu/ terlihat bagaimana tubuhmu bersimbah peluh/ bibirmu bergetar sambil terus berkata umatti, umatti, umatti/
Ya rosul kami malu, karena kami tak bisa mencontoh Kasih sayangmu/ bahkan kebanyakan umatmu kini/ hanya soal beda kiai ia saling melecehkan dan membenci/
Ya rosul kami malu, karena kami tak bisa meniru sikap lemah lembutmu/ bahkan kebanyakan umatmu kini/ kesan kemari saling menebar dendam dan dengki/
Ya rosul kami malu, karena kami tak bisa menjiplak santunya perkataanmu/ bahkan kebanyakan umatmu kini/ saling menyodok dan mencaci maki/
Ya rosul kami malu, karena kami tak bisa meneruskan perjuanganmu/ bahkan kebanyakan umatmu kini/ berbicara banyak tapi hanya untuk kepentingan diri sendiri/
Ya rosul kami malu/ kami malu ya rosulullah/
Ya rosul bimbinglah kami/
Sayangilah kami/
Kasihilah kami/
Dekap kami/
Peluk kami/
Pandanglah kami/
Pandang kami/
Pandang kami, Ya rosulullah/
Ya rosulullah, Ungdhur ilaina/
Pati, 12 Rabiul Awal 1438 Hijriyah
Oleh Singgih aji prasetyo, penyair kelahiran Pati. Mahasiswa Universitas PGRI Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar